
27 Juni 2025 – Laporan intelijen awal yang diperoleh negara-negara Eropa menunjukkan bahwa sekitar 408 kg uranium Iran—yang diperkaya hampir mendekati tingkat senjata nuklir—masih berada dalam kondisi utuh setelah serangkaian serangan AS ke fasilitas nuklir utama Iran, demikian menurut Financial Times .
Distribusi Material
Tidak hanya tersimpan di Fordow, uranium tersebut diketahui tersebar ke berbagai lokasi lain yang lebih tersembunyi sebelum serangan dilancarkan. Fordow memang mengalami kerusakan signifikan pada struktur luar, namun sebagian besar pusat bawah tanah tampaknya tetap utuh.
Klaim dan Kritik dari Pejabat AS
Pemerintahan Trump menyebut serangan itu sebagai “sukses besar” dan membanggakan kehancuran fasilitas nuklir utama Iran. Namun, dokumen intelijen internal dari AS justru menilai bahwa dampaknya lebih bersifat penundaan sementara, bukan penghancuran permanen. Menteri Pertahanan Pete Hegseth menyanggah adanya bukti pemindahan uranium sebelum serangan dimulai.
Pernyataan IAEA oleh Rafael Grossi
Direktur IAEA Rafael Grossi menyatakan serangan tersebut menyebabkan “kerusakan besar” pada fasilitas nuklir, namun menyebut klaim penghancuran total sebagai “berlebihan”. Ia menekankan pentingnya akses inspeksi kembali ke Iran untuk memastikan kondisi riil persediaan uranium, khususnya yang diperkaya 60 persen .
Implikasi terhadap Proliferasi Nuklir
Bila uranium dan sentrifus canggih masih tersimpan dengan aman, Iran bisa kembali dengan cepat ke kemampuan nuklir tingkat lanjut hanya dalam hitungan bulan. Serangan seperti ini bahkan berpotensi melemahkan perjanjian non-proliferasi global karena mendorong negara-negara target untuk menyembunyikan aset nuklir sebagai bentuk pertahanan .
Serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran memang memicu kerusakan besar, tetapi klaim penghancuran penuh sangat dipertanyakan. Kehadiran 408 kg uranium yang diperkaya—yang nyaris tidak tersentuh—menunjukkan betapa sulitnya menghentikan kemampuan nuklir satu negara hanya dengan kekuatan militer. Tekanan diplomatik dan akses inspeksi dari IAEA menjadi kunci utama ke depan.