Iran Adakan Putaran Baru Perundingan Nuklir dengan Prancis, Jerman, dan Inggris di Istanbul

Pada Jumat (25/7/2025), Iran menyelenggarakan pertemuan terbuka terkait isu nuklir dengan tiga negara Eropa utama—Prancis, Jerman, dan Inggris—di Istanbul, Turki. Perundingan ini menandai langkah penting dalam situasi yang penuh ketegangan di tengah tekanan internasional terkait program nuklir Iran.

Kelompok E3, singkatan dari tiga negara Eropa yang aktif terlibat dalam negosiasi nuklir dengan Iran, sering kali dikaitkan dengan proses diplomasi terkait kesepakatan JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action). Dalam beberapa kasus, E3 bergabung dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat, membentuk format yang dikenal sebagai E3+EU atau P5+1, termasuk Rusia dan Tiongkok. Namun, dalam konteks kali ini, yang dibahas adalah pertemuan langsung antara Iran dan tiga negara Eropa tersebut.

Perundingan ini berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan internasional, terutama setelah serangan Israel terhadap fasilitas militer Iran beberapa waktu lalu, yang memicu konflik selama dua minggu dan mengganggu proses diplomatik yang sempat berjalan. Konflik yang dikenal sebagai “Operasi Rising Lion” oleh Israel dan “True Promise III” oleh Iran ini berimbas pada gagalnya pembicaraan antara Iran dan AS yang semula direncanakan sejak April lalu.

Selain itu, kehadiran Iran dan negara-negara Eropa dalam pertemuan ini juga dipicu oleh kekhawatiran akan kemungkinan diberlakukannya kembali sanksi PBB berdasarkan mekanisme “snapback” yang diatur dalam JCPOA, yang dapat mengaktifkan kembali pembatasan ekonomi global terhadap Iran. Mekanisme ini, yang harusnya berlaku hingga Oktober 2025, berpotensi memperburuk situasi ekonomi Iran jika disahkan kembali.

Sejak Amerika Serikat secara sepihak meninggalkan kesepakatan pada 2018, Iran mulai melanggar sejumlah komitmen dalam JCPOA, termasuk meningkatkan pengayaan uranium. Saat ini, Iran diketahui mengolah uranium hingga tingkat kemurnian 60 persen, jauh di atas batas 3,67 persen yang disepakati, meskipun belum mencapai tingkat yang dibutuhkan untuk pembuatan senjata nuklir.

Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Kazem Gharibabadi, menyatakan bahwa diskusi yang berlangsung berlangsung secara “serius, jujur, dan mendalam.” Ia mengkritik sikap negara-negara Eropa terkait konflik terbaru dan menegaskan posisi Iran yang menolak mekanisme snapback, serta menegaskan bahwa Iran tetap ingin membahas pengayaan uranium untuk tujuan damai. Ia juga menyampaikan bahwa konsultasi akan terus dilanjutkan.

Sementara itu, Eropa menuntut Iran untuk menunjukkan komitmen penuh terhadap kesepakatan, termasuk kerja sama penuh dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Iran juga diharapkan mengatasi masalah uranium yang telah diperkaya mendekati tingkat senjata dan memberi penjelasan tentang keberadaan uranium yang belum diketahui sejak serangan Israel bulan lalu.

G7, forum ekonomi dan politik utama dari negara-negara maju, secara tegas mendesak Iran untuk menghentikan pengayaan uranium secara tidak wajar. Saat ini, Iran memperkaya uranium hingga 60 persen, jauh melampaui batas yang diizinkan dalam JCPOA, meskipun masih di bawah tingkat 90 persen yang diperlukan untuk pembuatan senjata.

Iran menegaskan bahwa mereka tetap terbuka untuk negosiasi terkait tingkat pengayaan uranium, namun menolak kehilangan haknya untuk menggunakan uranium untuk tujuan damai. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, menyebut bahwa pembahasan tentang perpanjangan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231 tidak berdasar dan berpotensi memperburuk situasi.

Di sisi lain, Kepala IAEA Rafael Grossi menyatakan bahwa Iran menunjukkan kesiapan untuk memulai kembali diskusi teknis terkait program nuklir mereka. Meski begitu, hubungan antara Iran dan badan pengawas ini sedang tegang, terutama setelah Iran menolak permintaan inspeksi terhadap situs nuklir tertentu yang rusak akibat serangan baru-baru ini.

Jika sanksi PBB kembali diberlakukan, Iran memperingatkan bahwa hal ini akan memperparah isolasi dan tekanan ekonomi yang tengah mereka alami. Iran bahkan memberi sinyal bahwa mereka dapat meninggalkan perjanjian nonproliferasi nuklir jika tekanan tersebut terus berlanjut.

Related Posts

Insiden Udara Dekat Burbank: Pesawat Penumpang Terpaksa Menukik Ratusan Meter untuk Menghindari Tabrakan dengan Jet Tempur

Pada Jumat (25/7/2025), sebuah insiden hampir tabrakan di udara terjadi di atas Bandara Burbank, California, yang melibatkan pesawat komersial dan jet tempur pribadi. Pesawat Southwest Airlines dengan nomor penerbangan 1496,…

Serangan Drone Skala Besar Rusia Terjadi di Lutsk, Ukraina, di Tengah Ketidakpastian Pasokan Senjata Barat

Dalam kejadian yang menambah ketegangan di kawasan Eropa Timur, militer Rusia meluncurkan serangan besar menggunakan lebih dari 700 drone ke wilayah Ukraina dalam satu malam. Serangan ini merupakan yang ketiga…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You Missed

Insiden Udara Dekat Burbank: Pesawat Penumpang Terpaksa Menukik Ratusan Meter untuk Menghindari Tabrakan dengan Jet Tempur

Insiden Udara Dekat Burbank: Pesawat Penumpang Terpaksa Menukik Ratusan Meter untuk Menghindari Tabrakan dengan Jet Tempur

Iran Adakan Putaran Baru Perundingan Nuklir dengan Prancis, Jerman, dan Inggris di Istanbul

Iran Adakan Putaran Baru Perundingan Nuklir dengan Prancis, Jerman, dan Inggris di Istanbul

Serangan Drone Skala Besar Rusia Terjadi di Lutsk, Ukraina, di Tengah Ketidakpastian Pasokan Senjata Barat

Serangan Drone Skala Besar Rusia Terjadi di Lutsk, Ukraina, di Tengah Ketidakpastian Pasokan Senjata Barat

Daftar 10 Bandara Terbesar di Dunia Tahun 2025, Tetangga Indonesia Menduduki Posisi ke-4

Daftar 10 Bandara Terbesar di Dunia Tahun 2025, Tetangga Indonesia Menduduki Posisi ke-4

Enam Pesawat Tempur Berbasis Kapal Induk Terunggul Dunia, J-35 China Siap Saingi F-35 Amerika Serikat

Enam Pesawat Tempur Berbasis Kapal Induk Terunggul Dunia, J-35 China Siap Saingi F-35 Amerika Serikat

Kebocoran Data Besar Guncang Israel: Identitas Ribuan Anggota Intelijen dan Militer Terungkap

Kebocoran Data Besar Guncang Israel: Identitas Ribuan Anggota Intelijen dan Militer Terungkap