
JENEWA – Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan bahwa serangan Israel terhadap Iran pada 13 Juni 2025 telah menggagalkan pertemuan diplomatik yang sangat penting antara Teheran dan Washington yang direncanakan untuk membahas kesepakatan terkait program nuklir Iran. Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam sebuah pidato di Dewan Hak Asasi Manusia PBB, yang berlangsung di Jenewa, Swiss, pada Jumat (20/6/2025).
Araghchi menegaskan bahwa serangan udara Israel tersebut terjadi di tengah proses diplomatik yang sedang berlangsung antara kedua negara. Menurutnya, serangan itu tidak hanya merusak peluang untuk mencapai kesepakatan, tetapi juga melanggar hukum internasional yang telah disepakati.
“Kami diserang di tengah-tengah upaya diplomatik yang sedang berjalan,” ujar Araghchi dengan tegas.
Pembicaraan dengan AS yang Gagal
Sebelumnya, Iran seharusnya mengadakan pertemuan dengan Utusan Khusus AS, Steve Witkoff, di Oman pada 15 Juni 2025. Pertemuan ini direncanakan untuk merundingkan kesepakatan yang dianggap sangat menjanjikan bagi penyelesaian damai terkait program nuklir Iran. Namun, pertemuan tersebut batal setelah serangan udara Israel menghancurkan beberapa fasilitas, termasuk infrastruktur nuklir Iran.
“Kami seharusnya bertemu dengan utusan AS pada 15 Juni untuk merancang perjanjian penting yang berpotensi membawa penyelesaian damai atas isu nuklir kami. Namun, serangan tersebut menghancurkan peluang itu,” ungkap Araghchi.
Kritikan Terhadap Tindakan Israel
Menlu Iran itu menilai tindakan Israel sebagai bentuk sabotase terhadap diplomasi internasional dan menuduh Tel Aviv telah melakukan pelanggaran besar terhadap prinsip-prinsip hukum internasional. Ia menambahkan bahwa serangan tersebut adalah sebuah pengkhianatan terhadap upaya damai yang tengah dilakukan Iran.
“Serangan ini bukan hanya menggagalkan diplomasi, tetapi juga melanggar hukum internasional. Ini adalah pukulan besar terhadap fondasi hukum yang mengatur hubungan antarnegara,” tegas Araghchi.
Tanggapan Israel
Israel, yang mengklaim bahwa serangan tersebut bertujuan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, menyebut fasilitas nuklir Iran sebagai target utama dari serangan tersebut. Tel Aviv berpendapat bahwa tindakan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa Iran tidak mampu memproduksi senjata pemusnah massal.
Namun, Araghchi dengan keras mengecam klaim Israel dan menyebut serangan terhadap fasilitas nuklir sebagai tindakan agresi militer yang melanggar hukum internasional. “Serangan terhadap fasilitas nuklir adalah kejahatan perang yang serius,” ujarnya.
Dampak Internasional
Pernyataan yang disampaikan oleh Araghchi ini menggarisbawahi ketegangan yang terus berkembang di kawasan tersebut, khususnya terkait dengan program nuklir Iran dan sikap negara-negara besar terhadapnya. Serangan Israel yang menargetkan fasilitas nuklir Iran menambah kompleksitas dalam proses diplomasi yang sedang berlangsung dan memunculkan kekhawatiran akan eskalasi konflik lebih lanjut.