
Konflik yang terus berlangsung antara Israel dan Iran membawa dampak ekonomi yang sangat besar bagi Israel. Setiap hari, biaya yang harus dikeluarkan Israel mencapai sekitar 200 juta dolar AS, atau setara dengan Rp 3,2 triliun, terutama akibat mahalnya penggunaan sistem pertahanan rudal seperti Iron Dome, David Sling, Arrow, dan Thaad.
Menurut laporan Wall Street Journal dan para analis pertahanan, pengeluaran besar ini muncul karena intensitas serangan rudal dari Iran yang memaksa Israel mengaktifkan sistem intersepsi mereka secara masif. Operasi ini tidak hanya menguras sumber daya finansial, tetapi juga memengaruhi aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat Israel.
Media lokal Israel, Maariv, menyebutkan bahwa dampak serangan membuat banyak toko di Tel Aviv tutup dan suasana kota menjadi lengang. Sementara itu, laporan dari kantor berita Tasnim menyoroti kekhawatiran tentang stabilitas sosial dan ekonomi jangka panjang di Israel, termasuk penangguhan penerbangan komersial dan meningkatnya pengeluaran untuk perlengkapan militer.
Deutsche Welle melaporkan Israel saat ini menghadapi dua medan konflik yang secara langsung membebani keuangan negara. Pemerintah berupaya menutupi pembengkakan biaya militer dengan menaikkan pajak, seperti pajak pertambahan nilai dari 17% menjadi 18%, dan pajak layanan kesehatan. Kebijakan ini menuai kritik dari masyarakat yang sudah merasakan dampak perang.
Selain tekanan fiskal, Israel juga mengalami krisis tenaga kerja akibat banyaknya tentara cadangan yang meninggalkan pekerjaan sipil untuk bergabung dalam pertempuran. Ditambah lagi, pencabutan izin kerja bagi pekerja Palestina turut memperparah kekurangan tenaga kerja di berbagai sektor.
Dalam data anggaran, pertahanan Israel melonjak signifikan, mencapai 46 miliar dolar AS pada 2024, atau 8,8% dari PDB, menjadikannya yang tertinggi kedua di dunia setelah Ukraina. Untuk 2025, anggaran ini diperkirakan tetap besar, sekitar 38 miliar dolar AS.
Itay Eter, ekonom dari Universitas Tel Aviv, menyatakan bahwa perang berkepanjangan ini sangat mahal dan akan memberikan dampak negatif besar terhadap defisit anggaran, pertumbuhan PDB, serta tingkat utang Israel. Ia memperingatkan jika konflik dengan Iran terus berlanjut, pemulihan ekonomi Israel akan sangat sulit, bahkan mungkin tidak mungkin terjadi.
Dampak lain dari konflik ini juga dirasakan di sektor industri utama Israel seperti manufaktur, perdagangan, teknologi, dan pendidikan, yang terkena gangguan operasional. Selain itu, sejumlah maskapai asing menangguhkan penerbangan ke dan dari Israel, memperparah isolasi ekonomi negara tersebut.
Dengan situasi ekonomi yang memburuk dan ketidakpastian perang yang terus berlanjut, masa depan keuangan Israel menjadi sangat rentan dan menimbulkan kekhawatiran luas, baik di dalam negeri maupun internasional.