Polisi Israel Tangkap Jurnalis Palestina Terkemuka di Tengah Tuduhan ‘Hasutan’

Latifeh Abdellatif, seorang jurnalis Palestina terkenal, ditangkap oleh polisi Israel di Yerusalem pada hari Minggu atas tuduhan terkait dengan “hasutan” dan “dukungan terhadap terorisme,” meskipun seorang hakim Israel memerintahkan pembebasannya pada hari Senin.
Abdellatif, seorang jurnalis foto lepas yang karyanya telah dimuat di sejumlah media besar seperti Reuters, ABC News, BBC, Al Jazeera, dan TRT, ditahan di rumahnya di Kota Tua Yerusalem oleh petugas Kepolisian Distrik Yerusalem. Polisi Israel menyatakan bahwa ia ditangkap atas dugaan hasutan dan dukungan terhadap terorisme. Namun, pengacara dan ibu Abdellatif mengklaim bahwa ia ditangkap di jalan oleh petugas yang datang dengan kendaraan tanpa tanda.
Abdellatif membantah tuduhan tersebut, dan polisi secara khusus mengutip video yang dibagikannya yang menampilkan Yahya Sinwar, mendiang pemimpin Hamas, di mana ia mengungkapkan keinginannya untuk mati sebagai “martir.” Polisi menduga bahwa unggahan tersebut memuji dan mengagungkan tindakan organisasi teroris.
Rekaman CCTV penggerebekan itu juga mengungkap petugas sedang memilah-milah barang-barang milik Abdellatif dan memasukkan buku-buku ke dalam kantong sampah.
Pada hari Senin, Abdellatif hadir di pengadilan magistrat melalui tautan video, di mana hakim menolak permintaan untuk memperpanjang penahanannya selama lima hari untuk penyelidikan lebih lanjut. Pengacara Abdellatif, Nasser Odeh, berpendapat bahwa unggahan yang dimaksud merupakan bagian dari pekerjaan profesionalnya dan sudah berusia lebih dari enam bulan, yang berarti tidak perlu penahanan lebih lanjut. Hakim akhirnya memerintahkan pembebasannya dengan ketentuan yang ketat, yang mencakup pembayaran jaminan sebesar 2.000 shekel Israel ($550) dan tambahan 10.000 shekel untuk menjamin kehadirannya untuk penyelidikan di masa mendatang.
Meskipun ada putusan tersebut, polisi Israel segera mengajukan banding untuk mencegah pembebasannya, yang untuk sementara dibekukan hingga proses banding selesai.
Odeh menambahkan bahwa Abdellatif telah diinterogasi selama tiga jam pada hari Minggu mengenai aktivitas media sosialnya.
Diincar ‘Untuk Hal-Hal Terkecil’
Abdellatif, yang tinggal dan bekerja di Yerusalem, sebelumnya telah melaporkan ketegangan seputar akses ke masjid al-Aqsa dan meliput bentrokan antara polisi Israel dan jamaah Palestina di Kota Tua. CNN telah mengamati Abdellatif dilecehkan oleh pasukan keamanan Israel beberapa kali saat diam-diam mendokumentasikan kejadian tersebut dengan kameranya.
Ibunya menggambarkannya sebagai seorang ibu tunggal bagi seorang putra berusia 7 tahun, yang menekankan karakternya yang baik dan profesional. Rekan-rekannya juga memujinya, menyebutnya berdedikasi, penuh hormat, dan selalu siap membantu orang lain.
Meningkatnya Kekhawatiran di Kalangan Wartawan
Penangkapan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan wartawan di Yerusalem. Seorang wartawan mengatakan bahwa wartawan kini takut meliput berita terkait Palestina, karena dapat menyebabkan tuduhan penghasutan. Yang lain menyatakan bahwa wartawan yang berkantor di Yerusalem merasa semakin menjadi sasaran keamanan Israel, terutama setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) melaporkan bahwa sejak dimulainya perang Gaza, telah terjadi penangkapan jurnalis dalam jumlah yang “belum pernah terjadi sebelumnya”. Hingga 13 Maret 2025, CPJ telah mendokumentasikan 75 penangkapan di wilayah pendudukan Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem, dengan 70 penangkapan oleh Israel dan lima oleh otoritas Palestina.
Serikat Jurnalis Palestina mengutuk penangkapan Abdellatif, dengan menyatakan bahwa pasukan keamanan Israel telah menangkap dan mengusir delapan jurnalis dari Kota Tua dan Masjid al-Aqsa sejak awal Maret