
Kejadian memilukan datang dari Jeju, Korea Selatan. Seorang guru berusia 40 tahun yang mengajar di sebuah sekolah menengah ditemukan meninggal dunia pada Kamis, 22 Mei 2025. Di balik kabar duka tersebut, terungkap fakta bahwa guru ini sempat mendapat teror bertubi-tubi dari wali murid hingga memicu langkah tragis tersebut.
Percakapan Hangat yang Berakhir Tragis
Keluarga almarhum, yang disebut dengan inisial Guru A, membagikan isi percakapan terakhir antara Guru A dan salah satu muridnya, murid B. Pesan-pesan tersebut menunjukkan kepedulian dan perhatian tulus sang guru.
Dalam pesan singkat, Guru A menasihati muridnya, “Kamu harus berterima kasih kepada kakak perempuanmu. Ingat, dia selalu ada di sisimu. Selain itu, aku berharap kamu tetap semangat belajar.” Balasan murid B pun hangat, ia mengabarkan cedera akibat bermain voli dan meminta izin tidak masuk sekolah.
Sang guru pun memberikan solusi dengan mengarahkan muridnya untuk segera berobat dan kemudian hadir ke sekolah. Sayangnya, usaha Guru A untuk mendampingi muridnya ini justru menjadi awal dari tekanan berat yang terus-menerus diterimanya.
Teror Tak Berhenti dari Keluarga Murid
Menurut pengakuan keluarga Guru A, kakak perempuan murid B yang juga wali murid kerap melakukan teror lewat telepon hingga sepuluh kali sehari. Mulai dari protes atas bimbingan Guru A terhadap anaknya, hingga tuduhan yang tak berdasar. Panggilan telepon yang masuk dari pagi hingga malam ini membuat kondisi psikologis Guru A kian memburuk.
Rekaman panggilan dan pesan yang dirilis keluarga menguatkan bahwa guru tersebut hanya berusaha mengajar dan mendukung siswanya dengan tulus, tanpa paksaan atau kekerasan. Namun tekanan berlebihan dari wali murid membuatnya terpukul.
Temuan Tragis dan Tanggapan Polisi
Pada dini hari, Guru A ditemukan meninggal dunia di sebuah gudang sekolah. Istri yang tidak bisa menghubungi suaminya melaporkan ke polisi. Surat wasiat juga ditemukan di kantor guru tersebut. Pihak kepolisian menyatakan tidak ada tanda-tanda kekerasan dan akan melanjutkan penyelidikan penyebab kematian.
Polisi juga berjanji akan menindak tegas jika terbukti ada intimidasi dari wali murid atau pihak lain.
Solidaritas dan Seruan Tindakan
Kematian Guru A memicu aksi solidaritas besar-besaran. Serikat Guru Korea Selatan menggelar unjuk rasa dan peringatan di depan Kantor Pendidikan Provinsi Jeju. Mereka mendesak agar kematian ini diakui sebagai meninggal saat menjalankan tugas serta menuntut penyelidikan tuntas.
Hingga 1.000 orang, dari kalangan guru, siswa, dan keluarga, diperkirakan hadir untuk memberikan penghormatan dan mendukung langkah-langkah perlindungan guru di masa depan.
Federasi Guru Korea menyebut tragedi ini sebagai pengulangan kasus yang sama dan menuntut agar keluhan palsu dan tekanan yang berlebihan terhadap guru segera dihentikan.
Kenangan dan Peringatan
Di hari-hari berikutnya, bunga dan ucapan belasungkawa terus berdatangan dari seluruh penjuru Korea Selatan. Seorang mantan murid mengungkapkan rasa terima kasih dan kenangan indah saat belajar bersama Guru A 16 tahun lalu.