
Jakarta – Di tengah maraknya penyebaran informasi di era digital, tidak sedikit hoaks yang menyasar perusahaan-perusahaan besar. Salah satu yang menjadi sasaran hoaks adalah PT Shell Indonesia.
Sejumlah informasi palsu mengenai Shell telah beredar luas, terutama melalui aplikasi percakapan seperti WhatsApp. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk selalu memverifikasi informasi sebelum membagikannya kepada orang lain.
1. Hoaks: Shell Rayakan Ulang Tahun ke-100 dengan Bagi-Bagi Hadiah
Salah satu informasi menyesatkan yang beredar adalah klaim bahwa Shell Indonesia sedang membagikan hadiah dalam rangka ulang tahunnya yang ke-100. Pesan ini banyak ditemukan di berbagai grup percakapan daring, menyertakan tautan mencurigakan dan mengajak pengguna untuk mengisi data pribadi.
Cek Fakta Liputan6.com telah melakukan penelusuran dan tidak menemukan bukti valid terkait klaim tersebut. Shell Indonesia pun tidak pernah mengumumkan program pembagian hadiah seperti yang dimaksud.
2. Hoaks: Shell Bagi Kartu Bahan Bakar Rp600 Ribu dengan Cerita Pengalaman
Hoaks lainnya menyebutkan bahwa Shell menawarkan kartu bahan bakar senilai Rp600.000 sebagai imbalan atas berbagi pengalaman saat mengisi BBM. Pesan tersebut menyebar luas, disertai imbauan agar penerima mengisi formulir secara daring melalui tautan tertentu, lalu menyebarkan pesan tersebut ke kerabat lain.
Pesan ini adalah penipuan. Cek Fakta Liputan6.com tidak menemukan program resmi dari Shell yang menawarkan hal serupa. Selain itu, penggunaan tautan tidak resmi dan permintaan data pribadi merupakan ciri umum penipuan daring.
3. Hoaks: Program Prakerja dengan Iming-Iming Kartu BBM dari Shell
Hoaks berikutnya menggabungkan nama Program Prakerja dengan tawaran kartu BBM dari Shell. Dalam pesan yang tersebar, disebutkan bahwa peserta yang mendaftar Prakerja dan mengisi data di situs tertentu akan mendapatkan kartu bahan bakar senilai Rp600.000 dari Shell.
Padahal, tidak ada kerja sama resmi antara Shell dan Program Prakerja terkait insentif BBM. Informasi ini hanya rekayasa untuk menjebak korban agar membagikan data pribadi mereka.