
Jakarta – Meski Warren Buffett dikenal sebagai kritikus Bitcoin, ternyata sosok yang paling sering memprediksi “kematian” mata uang kripto terbesar itu adalah ekonom Peter Schiff.
Baru-baru ini, situs ‘Bitcoin Is Dead’ mencatat berbagai tokoh publik, pakar, dan media yang pernah menulis tentang kehancuran Bitcoin. Dari ekonom peraih Nobel Eric Maskin hingga editor opini The Washington Post Drew Goins, hampir semua nama yang pernah meramalkan berakhirnya Bitcoin terdokumentasi di sini.
Menariknya, meski Buffett pernah menyebut Bitcoin sebagai “racun tikus kuadrat”, namanya justru tidak menempati posisi teratas. Ekonom Peter Schiff, yang terkenal skeptis terhadap Bitcoin sekaligus pendukung emas, menempati urutan pertama dengan 18 kali pernyataan soal kematian Bitcoin. Buffett sendiri tercatat delapan kali.
Tokoh lain yang masuk daftar antara lain Steve Hanke, Nouriel Roubini, Paul Krugman, Kevin Dowd, jurnalis Brett Arends dan John Crudele, peneliti Nicholas Weaver, serta CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon.
Saat ini, kapitalisasi pasar Bitcoin bahkan menyaingi perusahaan raksasa dunia seperti Alphabet (GOOGL) dan Amazon (AMZN). Meski sempat mencapai rekor tertinggi (all-time high/ATH) USD 124.457 pada 14 Agustus 2025, harga Bitcoin kini berada di kisaran USD 112.316 atau turun 1,35 persen dalam sehari.
Pasar Kripto Tertekan, Investor Waspada
Sebelumnya, Bitcoin, Ethereum, dan XRP anjlok setelah pasar kripto sempat mencatat total kapitalisasi USD 4,2 triliun (sekitar Rp 68,3 kuadriliun). Penurunan ini memicu kekhawatiran investor terhadap potensi kejatuhan lebih luas.
Harga Bitcoin turun dari USD 124.000 ke USD 114.000 per koin, sekitar 10 persen, sementara Ethereum dan XRP juga merosot. Kondisi ini diperparah oleh perubahan besar di Federal Reserve dan potensi risiko dari RUU stablecoin Genius Act, yang bisa memicu penarikan dana hingga USD 6,6 triliun (sekitar Rp 107,4 kuadriliun).
Bank-bank besar AS, termasuk JPMorgan dan Bank of America, mendesak Kongres menutup celah aturan dalam RUU tersebut. Mereka khawatir jika penerbit kripto bisa menawarkan hasil lewat afiliasi, dana besar-besaran akan keluar dari perbankan konvensional.
Bitcoin sempat turun hingga USD 113.000 sebelum kembali ke sekitar USD 115.000, menyebabkan pasar kripto kehilangan nilai sekitar USD 250 miliar dalam sepekan.
Volatilitas Masih Tinggi
Harga Bitcoin dan pasar kripto masih bergerak fluktuatif, dipengaruhi kekhawatiran kejatuhan pasar yang lebih luas.
“Mata uang kripto diperdagangkan jauh lebih rendah,” ujar David Morrison, analis senior Trade Nation. Ethereum bahkan turun lebih dari 5 persen, menunjukkan tekanan jual yang cukup besar.
Indeks ketakutan dan keserakahan kripto turun dari 68 ke 56 minggu lalu, mendekati zona “ketakutan”. Para analis menilai, pergerakan ini bisa sekadar aksi ambil untung, tapi ada kekhawatiran memicu tren jual lebih dalam.