
Di tengah kegelapan dini hari, ratusan jet tempur Israel terbang melintasi awan menuju target di jantung Iran. Serangan udara bersandi “Rising Lion” itu menyasar fasilitas nuklir utama Iran, termasuk pusat pengayaan uranium Natanz, infrastruktur rudal balistik, dan markas militer penting.
Menurut pernyataan resmi dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF), lebih dari 300 pesawat tempur canggih telah diberangkatkan untuk menyerang lebih dari 100 titik vital di seluruh wilayah Iran. Mereka menjatuhkan lebih dari 330 amunisi presisi tinggi, dalam serangan terkoordinasi yang disebut sebagai salah satu operasi udara terbesar yang pernah dilancarkan Israel.
Juru Bicara IDF, Effie Defrin, mengonfirmasi bahwa serangan ini juga menargetkan para komandan senior dan ilmuwan terkemuka Iran, beberapa di antaranya dikabarkan tewas dalam serangan tersebut.
Netanyahu: “Ini Baru Permulaan”
Dalam pidato tegas yang disiarkan langsung dari Tel Aviv, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa aksi ini merupakan langkah perlindungan diri—dan akan terus berlanjut.
“Kami tidak hanya membela diri, tapi juga melindungi stabilitas kawasan. Iran selama ini menyebar ketakutan, dan kini mereka menerima akibatnya.”
Netanyahu menegaskan bahwa operasi Rising Lion bukan sekadar aksi satu malam, melainkan kampanye militer berkelanjutan untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir.
AS: “Kami Tidak Ikut Campur”
Meskipun hubungan Israel dan Amerika Serikat dikenal erat, Washington dengan cepat mengambil jarak dari serangan ini.
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyatakan bahwa tindakan Israel dilakukan secara sepihak tanpa persetujuan atau dukungan dari pihak AS.
“Kami tidak terlibat. Prioritas kami adalah menjaga keselamatan personel AS di wilayah tersebut,” tegas Rubio lewat platform X.
AS juga memperingatkan Iran agar tidak menyeret pasukan atau instalasi Amerika ke dalam konflik ini.
Iran: “Israel Akan Dibalas dengan Sakit”
Dari sisi lain medan, Iran tak tinggal diam. Pemerintah Teheran menyebut serangan tersebut sebagai tindakan agresi brutal dan pelanggaran terhadap kedaulatan nasional. Mereka bersumpah akan membalas dengan tindakan “keras dan menyakitkan”.
Garda Revolusi Islam (IRGC) menyatakan bahwa mereka tengah merumuskan respons militer dalam rapat tertutup tingkat tinggi.
“Israel telah melewati garis merah. Balasan kami akan datang pada saat yang mereka paling tidak harapkan,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran.
Sementara itu, media pemerintah Iran seperti Press TV dan Fars News menggencarkan retorika perang, dengan menampilkan citra kesatuan pasukan dan kesiapan penuh menghadapi eskalasi berikutnya.
Dunia Cemas, Timur Tengah di Ambang Krisis Baru
Serangan besar-besaran ini memicu kekhawatiran global. Negosiasi nuklir Iran yang telah lama mandek kini terancam runtuh total. Negara-negara Arab tetangga pun bersiap menghadapi potensi efek domino dari konflik dua musuh bebuyutan ini.
Apakah ini awal dari konflik regional berskala besar?
Atau hanya satu babak dalam kisah panjang permusuhan Tel Aviv–Teheran?
Waktu yang akan menjawab.